Kamis, 13 September 2012

Bukittinggi, Hijau, Sejuk & Dingin

Bukittinggi, 25 tahun yang lalu area Jam Gadang  masih dipenuhi dengan pohon - pohon pinus yang rimbun permadani rumput yang hijau, membuat hawa di sekitar monumen yang di desain oleh Yazin & Sutan Gigi Ameh tersebut terasa sejuk, semilir angin yang melewati ranting - ranting pinus membuat siulan nada alam, menciptakan sebuah melodi ucap syukut atas keindahan alam yang ada di kota Kolonial Belanda ini.

Namun saat ini hal tersebut sudah sirna , permadani rumput hijau sebagian besar sudah diganti dengan "concrete block" membuat kaki terasa panas, tidak ada lagi pohon - pohon  pinus besar yang mampu menaungi kepala dari sengatan sinar sang surya, membuat hawa di bangunan yang dibangun pada  tahun1926 hadiah Ratu Belanda tersebut terasa gerah.

Ya...Bukittinggi sudah tidak sejuk seperti biasa , mungkin "Global Warming" salah satu yang bisa disalahkan atas kondisi yang terjadi, namun kebijakan lokal dari Pemerintah Kota Bukittinggi pun sangat berperan atas kondisi tersebut.
Pemko Bukittinggi tidak mampu membuat kebijakan yang mampu membendung efek dari "Global Warming" tersebut, banyak lahan persawahan di kota Bukittinggi, yang sudah beralih fungsi demikian gampangnya.
Beberapa bukit kecil yang ada di bukittinggi sudah di keruk sebagai bahan galian C & digali habis tanahnya sehingga menjadi datar, dan dibangun komplek perumahan. Dengan menjadi datarnya lahan - lahan yang dulu tersebut merupakan bukit - bukit kecil yang ada dalam kota Bukittinggi membuat udara tidak mengalir dengan baik, padahal syarat dari sirkulasi udara adalah adanya tekanan yang berbeda, tekanan yang berbeda pada suatu kondisi topografi disebabkan karena adanya perbedaan elevasi permukaan tanah, inilah yang membuat " air flow " bekerja dengan baik.
Tidak banyak pengembang perumahan / real estate atau apapun sebutannya memperhatikan hal ini dengan baik ditambah pula tidak ada peraturan / kebijakan pemerintah kota Bukittinggi mengatur tentang hal ini, sehingga setiap komplek perumahan yang baru dibangun cendrung datar dan terkesan gersang.
Salah satu yang agak mampu memahami hal ini baru saya lihat di sebuah komplek perumahan di daerah belakang Bukit Apit, Rachi Hills Residences, komplek perumahan tersebut nampak unik, pengembang mampu mempertahankan "contour" dan perbedaan elevasi tanah dengan baik, sehingga tetap menjadi sebuah bukit kecil.
   
Tidak mampu nya pemerintah kota Bukittinggi bergerak membuat kebijakan - kebijakan yang strategis, menurut pandangan saya karena tidak ditempatkan nya orang - orang terbaik yang ada dalam pemerintahan kota Bukittinggi pada posisi dan basis keilmuannya. Tidak heran jika menemukan kepala SKPD ataupun beberapa struktur dibawah SKPD di pemerintahan kota Bukittinggi menduduki jabatan yang sama sekali tidak sesuai dengan basis keilmuannya.
Ini harus segera dibenahi jika kota Bukittinggi tidak mau ketinggalan dengan kota - kota lain di Sumatra Barat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar